BANGKALAN, koranmadura.com – Video dugaan pemotongan uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa (DD) di Desa Bator, Kecamatan Klampis, Bangkalan, Jawa Timur sempat viral dan tersebar luas di media sosial WhatsApp.
Dalam video tersebut, Hairiyeh, salah satu penerima BLT yang terdampak Covid-19 menyebutkan, bahwa bantuan tersebut diminta untuk dibagikan ke tetangganya yang kurang mampu.
Di dalam video yang berdurasi kurang lebih 2 menit 25 detik tersebut juga menyeret nama Shonhaji. Ia disebut-sebut sebagai salah satu Kadus di Desa Bator, yang telah meminta uang bantuan kepada masyarakat penerima.
Menanggapi hal itu, Kepala Desa (Kades) Bator, Imin menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menginstruksikan kepada perangkat untuk melakukan pemungutan bantuan dari pemerintah pusat sebesar 600 ribu itu.
“Saya tidak memerintahkan perangkat saya untuk meminta sebagian BLT kepada penerima di Desa Bator,” kata Imin, Kamis, 21 Mei 2020.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa Shonhaji yang masuk dalam video itu bukan merupakan salah satu Kadus. Menurutnya, Kadus yang dimaksud Dusun Tengginah itu tidak ada di lokasi penyaluran.
“Shonhaji itu bukan perangkat desa. Waktu penyaluran pak apel di Dusun Tengginah tidak ada, karena sakit,” katanya.
Saat dikonfirmasi kepada Shonhaji, secara singkat menyampaikan, bahwa dirinya hanya menyarankan ke Hairiyeh, agar berbagi kepada tetangga yang kurang mampu, namun tak mendapatkan BLT karena tidak mempunyai KTP dan KK
“Hanya disuruh bagi ke tetangga yang lebih kurang mampu, tanpa ada paksaan dan seikhlasnya. Karena biasanya di desa tidak memilik KTP dan KK,” jelas Imin.
Hal itu diakui oleh Hairiyeh, yang sempat masuk dalam video tersebut. Menurutnya, Shonhaji sebenarnya bukan meminta secara paksa. Namun, katanya memberikan saran untuk membantu masyarakat lain yang kurang mampu.
Namun lanjut Hairiyeh, karena waktu penyaluran itu menunggu sangat lama, mulai dari pagi sampai sore, maka saat diambil video jawabnya asal-asalan
“Buka memaksa, tapi memberi saran. Karena saya mengantre mulai pagi sampai sore, jadi capek yang menunggu saat penyaluran, jadi di video itu khilaf,” katanya.
Oleh karenanya, ia meminta maaf kepada Kades dan perangkat desa yang sudah menyinggung perasaanya. Karena, menurut Hairiyeh, dengan menerima bantuan seperti ini sangat bersyukur sekali.
“Saya minta maaf, saya khilaf, karena sudah membuat kesalahan kepada apel dan kepala desa,” katanya.
Ditanya soal bantuan yang Rp 600 ribu, Hairiyeh menyampaikan, atas saran dari Shonhaji, ia telah memberikan sebagian bantuan dari DD itu kepada masyarakat yang kurang mampu.
“Jadi ini inisiatif saya sendiri. Saya berikan 250 ribu kepada tetangga saya yang tidak mampu, sisanya punya saya,” akunya. (MAHMUD/SOE/DIK)