SUMENEP, koranmadura.com- Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) Madura, Jawa Timur menganugerahi Achmad Fauzi songkok nasional bertuliskan Nahdlatul Ulama (NU) saat acara silaturahim bersama sejumlah kiai dan tokoh masyarakat di Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Payudan Daleman, Guluk-guluk, Sumenep.
Disaksikan oleh sejumlah kiai, songkok yang sedang tren di kalangan kaum muda nahdiyin itu dipakaikan langsung Ketua GMNU, K. Abd. Hamid Muntaha.
Fauzi yang punya style santri tersebut langsung menunduk saat Ra Hamid, sapaan akrabnya, memakaikan songkok NU warna merah tersebut.
Pemakaian songkok itu cukup beralasan. Selain dekat dengan para kiai dan ulama, Fauzi juga berdarah NU. Pria yang saat ini jadi orang nomor dua di Kota Keris itu pernah aktif di GP Ansor di Jakarta. Ditambah DNA Fauzi dari sang ayah, Slamet Wongso.
Slamet Wongso merupakan salah satu penggerak GP Ansor Sumenep pada masanya. Selain itu, juga pernah menjadi anggota DPRD dari NU. Saat itu, Slamet Wongso berangkat dari PPP. Ia juga sahabat karib KH Noer Sidqi Idris atau biasa dikenal kiai Shadaqah (kakak dari Pengasuh Ponpes Annuqayah KH. Abd. Muqsith Idris).
“Bapak Fauzi itu sosok yang lugas, apa adanya, bermuka rakyat, style santri, transparan dan cocok untuk Sumenep 5 tahun ke depan,” ucap Ra Hamid, Sabtu, 25 Juli 2020.
Ra Hamid berharap, semoga Fauzi mampu mengemban amanah dengan baik untuk Sumenep semakin terdepan dan berdaya saing. Paling penting, Pak Fauzi, lanjutnya, tetap sederhana dan tak sombong.
“Semoga dengan gaya kepemimpinannya, Sumenep bertambah maju, bersaing dan terdepan,” imbuhnya.
Achmad Fauzi mengaku bangga atas kepercayaan GMNU menganugerahi songkok NU. Ketua DPC PDI Perjuangan itu akan selalu memakai dan menjaga songkok ini dengan baik. Menurutnya, songkok ini merupakan amanah dari ulama.
“Saya bangga dengan dapat songkok ini. Akan saya pakai dan jaga songkok ini. Sebab ini tak sekadar songkok. Ini amanah ulama untuk memperjuangkan rakyat Sumenep agar lebih sejahtera,” kata Fauzi.
Fauzi akan selalu ingat pesan para kiai untuk dirinya. Salah satunya agar tetap mempertahankan gaya kepemimpinan merakyat dan sederhana. Termasuk tak boleh pandang bulu dalam melayani rakyat.
Bahkan suami Nia Kurnia itu berharap agar para kiai tak canggung menegur dan selalu menasihati dirinya jika khilaf.
“Bagi saya, kiai dan ulama itu ibarat obor penerang umat, terutama bagi pemimpin. Agar pemimpin tidak lalim dalam mengemban amanah yang diemban di pundaknya. Jangan canggung menegur saya,” pinta Fauzi
Bacabup Sumenep yang diusung PDI Perjuangan, PAN dan Gerindra ini menambahkan amanah dan kekuasaan butuh nasihat-nasihat dari para kiai dan ulama. “Amanah, kekuasaan, dan tanggung jawab yang begitu besar yang dipikul seorang pemimpin membutuhkan nasihat yang makruf dari para kiai dan ulama,” tegasnya. (SOE/VEM)