Oleh : MH. Said Abdullah
Badan Anggaran DPR RI beberapa kali mengingatkan perlunya mewaspadai potensi peningkatan jumlah terinfeksi Covid-19 dan varian barunya. Efek domino peningkatan terinfeksi dikhawatirkan akan mengganggu seluruh sektor kehidupan tanpa kecuali.
Kini, pasca perayaan Idul Fitri penyebaran Covid-19 dan varian barunya kembali memperlihatkan grafik naik. Wisma Atlit, kembali penuh sehingga mencapai hunian lebih dari 80 persen. Rumah sakit rujukanpun mulai kelabakan.
Peningkatan penyebaran tidak hanya terjadi di Jakarta. Jawa Barat dan Jawa Tengah, seperti saling berpacu dengan Jakarta. Jawa Timur sekalipun tidak sampai meningkat seperti tiga provinsi itu, juga memperlihatkan angka kenaikan. Kawasan Madura, khususnya Kabupaten Bangkalan, merupakan kawasan paling parah sehingga diberlakukan lockdown. Beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Kudus dan di Jawa Barat, Bandung Raya, berada dalam situasi siaga satu.
Fakta obyektif memperlihatkan hampir seluruh provinsi mengalami peningkatan signifikan. Laporan terakhir memperlihatkan kenaikan terinfeksi perhari kembali melampaui angka 8 ribu. Naik sangat signifikan dibanding sebelum lebaran Idul Fitri, yang sempat menurun dibawah angka 5 ribu perhari.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, ketika terjadi lonjakan signifikan, tidak perlu ada sikap saling tuding serta saling menyalahkan. Semua telah terjadi sehingga segala sesuatu tak bisa lagi diputar balik ke belakang. Yang terpenting sekarang ini bagaimana langkah ke depan agar penyebaran segera kembali menurun dan pandemi covid-19 tertangani sehingga masyarakat kembali hidup normal.
Pemerintah memang telah berkali-kali mengingatkan masyarakat tentang berbagai potensi penyebaran berdasarkan pengalaman sebelumnya. Langkah taktis dilakukan seperti pengurangan hari libur dan batasan cuti. Larangan mudik pun telah diberlakukan demi menghindari peningkatan jumlah terinfeksi.
Horor pandemi di India, menjadi pelajaran berharga sehingga pemerintah memutuskan langkah tidak populer melarang mudik Idul Fitri. Tindakan tegas seperti perintah memutar balik kepada pemudik dilakukan aparat di lapangan.
Jelas sangat tak mudah mengatasi dan menangani pelarangan mudik di lapangan. Ujian kesabaran harus dihadapi para petugas menghadapi para pemudik, yang tetap bersikeras memaksakan diri menerobos pembatasan. Beberapa insiden ketegangan tak terhindarkan. Beruntung aparat di lapangan bersikap bijaksana sehingga tidak terjadi benturan kekerasan antara petugas dan masyarakat yang memaksa mudik.
Namun demikian, tetap saja sebagian masyarakat memaksakan diri mudik baik melalui berbagai jalan tikus, yang sulit dipantau petugas maupun yang berangkat sebelum waktu larangan mudik. Berdasarkan data Kementrian Perhubungan, ada sekitar 1,5 juta masyarakat mudik dengan tujuan terbesar ke wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Secara riil pasca lebaran sebagaimana update Kementrian Kesehatan terjadi peningkatan signifikan sehingga menghawatirkan. Perlu ada langkah-langkah riil lebih tegas terutama dari penegak hukum untuk meningkatkan disiplin masyarakat. Aparat kepolisian -kalau perlu mengajak TNI- mendorong lebih tegas agar masyarakat mentaati protokol kesehatan.
Berbagai rentetan langkah pemerintah dari pembatasan berskala besar, berskala mikro, lockdown terbatas, pelarangan mudik serta test massal memang telah dilaksanakan. Mencermati fakta peningkatan belakangan ini perlu ikut turun membantu aparat kepolisian dan TNI. Namun demikian harus diakui sehebat apapun langkah pemerintah yang dibantu aparat kepolisian dan TNI, jika masyarakat tetap ‘ngeyel’ mengabaikan protokol kesehatan, kemungkinan peningkatan penyebaran sangat terbuka.
Belajar dari penanganan pandemi Covid di berbagai negara terlihat jelas kedisplinan pribadi masyarakat melaksanakan protokol kesehatan menjadi faktor utama fluktuasi terinfeksi. Jika masyarakat kurang peduli keselamatan dirinya, lantas melabrak protokol kesehatan fluktuasi terinfeksi mudah sekali meningkat. Sebaliknya bila masyarakat disiplin, penurunan terinfeksi langsung terlihat.
Taiwan, Singapura, Malaysia dan Australia serta paling ekstrim India merupakan contoh sangat jelas tentang faktor penting kedisplinan masyarakat. Taiwan, Singapura, Malaysia ketika masyarakatnya disiplin menjadi negara tergolong berhasil mengatasi pandemi. Namun, sedikit saja terjadi ketakdisplinan fluktuasi covid meningkat tajam.
India sebelum memasuki tahun 2021 dipuji berbagai lembaga internasional karena keberhasilan vaksinasi serta penurunan fluktuasi pandemi. Namun, memasuki akhir Februari, ketika masyarakat sedikit saja longgar mengabaikan protokol kesehatan terutama dalam acara festival Kumbha Mela, India mengalami malapetaka mengerikan pandemi Covid gelombang kedua.
Di sinilah nilai penting kesadaran masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan. Jika seluruh masyarakat memiliki kesungguhan menerapkan protokol kesehatan, pemutusan pandemi berpeluang segera berhasil.
Pemerintah berupaya melalui langkah vaksinasi dan kebijakan pembatasan dengan dibantu kepolisian dan TNI, lalu masyarakat tertib protokol kesehatan. Pandemi insya Allah dapat segera teratasi sehingga kehidupan dapat kembali normal.