
Penulis: Jonar T.H. Situmorang, M.A.
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: AR-RUZZ MEDIA
Tebal: 736 halaman
ISBN: 978-602-313-026-9
Sebagai sosok fenome-nal yang diakui oleh dunia, ada daya tarik tersendiri bagi para sejarawan untuk menuliskan biog-rafi Bung Karno. Hal ini pun terjadi pada Jonar T.H. Situmorang, seorang penulis produktif yang lahir pada Jum’at, 16 April 1971 di Kampung Mabar Kabupaten Asahan, Sumatra Utara. Dari tangannya, ia merampungkan buku yang mengulas kehidupan Soekarno dengan judul Bung Karno: Biografi Putra Sang Fajar.
Melalui buku ini, Jonar T.H. Situmorang mencoba membongkar sejarah hidup Bung Karno sejak ia lahir, hingga ia mengembuskan nafas terakhirnya. Perjua-ngan Bung Karno di negeri ini dimulai sedari ia usia muda. Dalam hal pendidikan, Bung Karno bekerja sama dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker. Ketiganya merupakan Tiga Serangkai sebagai penggagas untuk memajukan bidang pendidikan. Dengan bangsa yang cerdas, akan membawa kemajuan dan kemerdekaan yang selama ini dijajah oleh Belanda (hlm. 67).
Bung Karno pun berjuang dalam hal menyatukan bangsa di negeri ini. Bung Karno menegaskan bahwa nyawa pergerakan rakyat Indonesia mempunyai tiga sifat, yaitu Nasionalistis, Islamistis, dan Marxistis. “Bukannya kita mengharap, yang nasionalis itu berubah paham menjadi Islamis dan Marxis. Bukannya maksud kita menyuruh Marxis dan Islamis itu berbalik menjadi nasionalis, akan tetapi impian kita ialah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu” (hlm. 67).
Di sisi lain, Bung Karno mengutuk adanya penindasan yang dilakukan penjajah terhadap bangsa Indonesia. Kolonialisme dan kapitalisme menjadikan bangsa Indonesia terpuruk dalam hal ekonomi. Menurut Bung Karno, kolonialisme dan kapitalisme melahirkan struktur masyarakat yang eks-ploitatif. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain berjuang secara politis menentang kolonialisme dan kapitalisme (hlm. 405).
Sebatas koreksi untuk buku ini, Jonar T.H. Situmorang yang juga sebagai penulis buku Matinya Teori Evolusi, sepertinya kurang memperhatikan pengetikan tulisan. Alhasil, di sejumlah halaman ada beberapa kesalahan ketik. Misal, kata “berani-neraninya” (hlm. 59), kata “pengungisan” (hlm. 73), kata “terkahir” (hlm. 132), dan kata “maka” yang oleh Jonar T.H. Situmorang di-tulis “makan” dalam mengutip kata-kata bijak Bung Karno berikut, Berikan aku 1000 anak muda, maka aku akan memindahkan gunung. Tapi berikan aku 10 pemuda yang cinta akan tanah air maka aku akan mengguncang dunia (hlm. 706). Selebihnya, selamat membaca. Wallahu A’lamu bi al Shawab!
Oleh: Hariyadi
Direktur Duta Santri PPA. Lubangsa Selatan. Mantan Ketua PAC IPNU Guluk-Guluk Sumenep.