Perempuan Senja
Di malam yang purnama
Terlukis perempuan senja
Bersembunyi di taburan warna
Yang menyihir wajahnya jelita
Airmata mengalir mencari harum surga
Menyudahi dzikir kelam
Namun raganya tak bisa terlepas
Dari jeratan hutang
Nyawa
An Najah, 2014
Secarik Harapan
;Khodir Abdul Rachman
Yah, selamat mengulang hari adamu. Belum ada kopiyah putih yang aku mahkotakan. Namun rajutan doa yang kutitipkan pada semesta menjadi peneduh saat hujan menjelma air matamu. Ia akan setia seperti bayanganmu yang tak pernah pergi. Sebab akan bermukim didadamu.
Yah, Aku ingin ridhomu mengalir di darahku, agar pengembaraanku menuai surga bersama kasih sayang semesta seperti kemudahan yang dirasa fajar saat membangunkan matahari.
Yah, Aku akan selalu mengingat. Perbincangan kita tentang jalan pengembaraanku. Dalam perjalanan banyak celah yang ingin mengurai airmata. Dan kau memberiku sekantong riwayatmu tentang Perjuangan dan Pengorbanan.
Yah, tunggu aku saat doamu sampai di musim menuai.
An Najah, 2014
Pohon Cahaya
Pohon cahaya masih dalam dzikirnya
Memancarkan siluet menemani perbincangan
Aku dan kamu
Di jembatan batu
Dan kata-kata menjadi lagu paling syahdu
Pohon itu masih setia menyimpan kisah usang
Meski kata-kata indahmu terkikis waktu
Sekarang jembatan itu menjadi abu
Bersama janji fanamu
An Najah, 2014
Doa Peraduan
Sekuntum Mawar menangisi mahkotanya
Melepas sihir kecantikan di peraduan-Nya
Sekian kumbang hanya dari mata
Membaca cinta
Padahal, yang dilihatnya seumur embun
Mawar itu hampir mengamini hidupnya
Karena yang singgah adalah birahi
Pembawa luka
An Najah, 2014
Irna Novia Damayanti. Lahir di Purbalingga, 14 September. Seorang mahasiswa di IAIN Purwokerto dan Santri di Pesantren Mahasiswa An Najah. Aktif di Komunitas Sastra Santri Pondok Pena.