SUMENEP – Warga Desa Sabuntan, Kecamatan Sapeken menilai pembangunan pasar yang dibanguan pada tahun 2011 lalu minim sosialisasi. Akibatnya, pasar yang berlokasi di Desa Sabuntan tersebut hingga sekarang belum banyak dimanfaatkan warga sebagai tempat transaksi, sehingga banyak pedagang tetap berjualan di pasar yang lama.
Muhammad, 40, penjual di pasar Bajok, Desa Sapeken mengatakan, sejak pasar tradisional tersebut dibangun pada tahun 2011 para pedagang enggan menempati dan menggunakan pasar tersebut. “Pasar tersebut dibangun pada tahun 2011, tetapi sampai sekarang para penjuan dan pedangan tidak mau menggunakan dan menempati pasar itu,” katanya, Selasa (19/2) saat dikonfirmasi.
Menurut Muhammad, alasan masyarakat enggan menempati pasar yang baru, selain pasar tersebut tidak dirasa nyaman, penjual juga menilai minim sosialiasi. “Bahkan hingga sekarang kami tidak tahu untuk apa dan bagaimana pasar tersebut,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Syukron, 30, warga Desa Sabuntan. “Lebih-lebih sejak awal pembanguan tersebut tidak ada pemberitahuuan kepada masyarakat, sehingga masyarakat mempertanyakan untuk apa pembanguan tersebut,” paparnya.
“Seperti bangunan mati karena kurang lebih dua tahu bangunan itu dibiarkan merana loleh penjual dan pedagang, karena penggunan pasar lebih suka berjualan di pasar yang lama, yaitu pasar Bajok yang ada di Desa Sapeken,” cerita Syukron.
Untuk itulah, lanjut dia, bangunan tersebut sepertinya hanya buang-buang anggaran saja, karena hingga sekarang tak seorang pun pedangang dan penjual bersedia menempati dan menggunakan pasar itu. “Pemerintah pun sepertinya kurang serius memperhatikan tentang keberadaan pasar itu, sehingga berkesan meninggalkan tanggung jawab, sehingga berbuntut pada optimalisasi pasar tersebut ” katanya.
Para penjual berharap agar pasar tersebut segera diurus agar benar-benar menjadi tempat yang bermanfaat bagi penjual di Kepulauan Sapeken. “Jika tidak, maka jangan salahkan warga jika mempertanyakan tentang perihal pembangunan tersebut,” tambahnya. (sym/mk)