BANGKALAN – Banyak hal peninggalan tradisi masyarakat Madura yang mulai ditinggalkan dewasa ini. Mulai budaya, pakaian, hingga metode pengobatan yang tak lain adalah peninggalan nenek moyang masyarakat Madura. Budaya peninggalan nenek moyang yang mulai menghilang di antaranya adalah tradisi Naktak Ola’ (Buang ulat). Sebuah metode pengobatan tradisional khas Madura ini, kini hanya dipertahankan olebh beberapa orang saja di Bangkalan.
Latifah (52), warga Pangeranan ini merupakan generasi ketiga dari keluarga yang mempertahankan metode pengobatan naktak ola’. Menurutnya, nenek dia yang memperkenalkan metode ini, dilanjutkan oleh ibunya, hingga dirinya sekarang.
“Metode ini peninggalan nenek, terapi ini dilakukan kepada penderita gatal-gatal yang tak kunjung sembuh, biasanya dalam bagian luka dan gatal penderita itu banyak ulat kecil seukuran parutan kelapa, ulat-ulat ini yang kami keluarkan agar derita penderita tidak berkelanjutan,” papar wanita paruh baya ini.
Dengan metode tersebut, pasien cukup direndam dengan air panas pada bagian luka atau gatal yang dideritanya. Setelah itu, pada bagian tersebut dipukulnya berkali-kali dengan daun meronggih (daun kelor), dimana sebelumnya sebuah daun pisang yang telah diolesi minyak khusus terlebih dahulu diletakkan di bawah bagian luka yang akan dipukuli dengan daun meronggih tadi. Setelah itu, puluhan ulat yang berasal dari luka pasien dan seukuran parutan kelapa terjajar di daun pisang tadi.
Di zaman yang sudah serba modern, dia dan dua saudaranya yang masih menguasai teknik pengobatan tradisional tersebut. Selain itu, Latifah pun mengaku tak membuka praktek sebagaimana neneknya duhulu. Dengan berbagai alasan, dirinya hanya tetarik mengobati anggota keluarganya saja.
Padahal, menurut ibu 3 anak ini, pada masa nenek dan ibunya dulu, puluhan pasien berobat di rumahnya dengan metode tersebut, bukan hanya dari Madura, tapi dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan daerah lain. (dn/rah)